Minggu, 21 Juni 2009

JEJAK KOTA TUA

Di tengah hingar bingar modernisasi kota, ada kerinduan mendapatkan sepotong jejak sejarah Kalimantan. Terbersit harapan adanya sudut kota yang merekam dan membentuk mozaik-mozaik peristiwa dari zaman ke zaman yang dapat bertutur kepada generasi baru agar tidak melupakan budaya leluhurnya.
WISATA KOTA TUA
Kesadaran tersebut muncul pertama kali ketika beberapa waktu lalu penulis berkesempatan mengunjungi Pulau Hokkaido atas undangan JICA berkaitan dengan pengembangan ekonomi lokal. Pulau yang terletak di sebelah utara Jepang dan berbatasan langsung dengan Rusia ini, oleh penduduk setempat disebut “ Pulau Dewa-Dewi” karena keindahan alamnya. Pada salah satu sesi kunjungan, para peserta diajak berkunjung ke Kota Otaru yang merupakan kota wisata yang terkenal dengan peninggalan bersejarah.
Di masa lalu, Kota Otaru dengan luas 243,13 km persegi adalah daerah yang makmur karena merupakan pusat perdagangan terutama pada masa Kaisar Meiji (1886-1912). Kota yang letaknya di daerah sentral yang ada di Pantai Barat Hokkaido ini mempunyai lokasi strategis karena dikelilingi pelabuhan alam. Perannya sebagai kota perdagangan juga didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jepang yang pesat kala itu.
Namun demikian, sejak ibukota Prefektur Hokkaido dipindahkan ke Kota Sapporo maka kemajuan yang pernah dicapai Kota Otaru mengalami penurunan. Kemajuan Sapporo menyebabkan Otaru semakin ditinggal penduduknya. Kota menjadi sepi dan pamornya semakin menurun. Akhirnya, banyak bangunan bersejarah warisan leluhur yang menjadi terbengkalai dan menjadi puing-puing saja.
Melihat keadaan itu, Pemerintah Kota Otaru berupaya mempromosikan kotanya sebagai tempat wisata yang indah serta membangun kota dengan tetap menempatkan warga kota sebagai “subjek” dalam pembangunan kota. Hal ini tergambar ketika Pemerintah bermaksud menguruk terusan yang ada di kota itu untuk pembangunan jalan. Adanya tentangan dari masyarakat yang ingin melestarikan terusan Otaru.
Akhirnya diambillah jalan tengah oleh pemerintah kota dengan hanya menguruk sebagian saja sedangkan sebagian lagi tetap menjadi terusan dan dibuatkan promenade (jalan trotoar di sepanjang terusan). Bangunan masa lampau di sepanjang terusan tidak dibongkar untuk mempertahankan situs bersejarah.
Pemerintah kota juga membuat peraturan pembangunan kota yang menghidupkan kembali kekayaan alam dan nilai sejarah Otaru. Dalam peraturan tersebut, ditegaskan bahwa peranan masyarakat sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat dibangun agar bekerjasama menyusun rencana untuk membangun kota.
Kegiatan pelestarian terusan Kota Otaru yang melibatkan masyarakat dan pemda secara terpadu terbukti mampu mengangkat citra Otaru sebagai kota wisata yang terkenal dengan keindahan alam dan pelestarian bangunan bersejarah. Menurut catatan, sekarang ini ada sekitar 6 – 8 juta turis per tahun yang datang mengunjungi Kota Otaru yang hanya berpenduduk 148 ribu orang.
BORNEO HISTORICAL VILLAGE
Kalimantan Selatan merupakan daerah yang menyimpan banyak kekayaan seni dan budaya. Berbagai situs sejarah ada di daerah ini seperti peninggalan pra-sejarah Candi Agung di Amuntai, mesjid- mesjid keramat di beberapa kabupaten, benteng tempat perlawanan terhadap penjajah, dan sebagainya. Namun, jika ingin tahu soal bagaimana kehidupan masyarakat Kalimantan tempu dulu, harus kemana? Apakah Museum? Apabila melihat kondisi museum di berbagai kota yang sepi pengunjung, penulis berpendapat perlu perubahan tempat wisata sejarah untuk lebih menarik wisatawan.
Saat ini ada kegairahan wisata untuk mengenal seluk – beluk kota tua tempo dulu. Bagi orang-orang tua, ada nuansa romantisme dan nostalgia. Sedangkan bagi kaum muda lebih dipengaruhi oleh keingintahuan dan penasaran. Pelestarian situs kota tua bersejarah menjadi pilihan lain daripada museum yang merupakan tempat wisata sejarah konvensional. Ada baiknya kita menginventarisir kawasan kota tua yang masih tersisa dengan peninggalan bersejarahnya untuk dilindungi dengan peraturan daerah, dijadikan obyek wisata, dan dilestarikan dengan partisipasi masyarakat.
Cukup sulit mencari bagian kota yang masih mempertahankan ke-asli-annya di tengah gempuran berbagai bangunan dengan arsitektur modern, bahkan di kota yang mempunyai sejarah panjang dan tradisi kuat seperti Martapura.
Alternatif lain adalah membangun sebuah kawasan tempat wisata yang bercirikan Kalsel tempo dulu atau bisa kita sebut “ Borneo historical village”. Berbagai bangunan unik dan mewakili ciri setiap sisi kehidupan budaya masa lalu dari seluruh pelosok Kalsel direlokasi ke kawasan tersebut. Diharapkan ketika memasuki kawasan ini, wisatawan merasa seperti dibawa memasuki lorong waktu untuk mengingat kehidupan di kalimantan masa lalu.
Kita tentunya ingin menyaksikan bentuk rumah zaman dulu di “hulu sungai/pahuluan”, apakah sama dengan rumah di daerah pesisir? Apakah semua rumah di seluruh pelosok Kalsel zaman “baheula” sama seperti rumah Banjar bubungan tinggi yang sudah diidentikkan sebagai rumah Banjar. Bagaimana dengan budaya lain selain Suku Banjar di zaman dulu? Bagaimana bentuk mesjid, langgar, gereja, balai adat, bengkel pembuatan kapal atau kendaraan darat, peternakan atau bahkan industri (jika ada) di zaman dulu? Semua pertanyaan tersebut adalah hal menarik yang bisa direkonstruksi ulang di kawasan tersebut. Perlu kerja semua pihak dan para ahli baik ahli sejarah, arsitektur, teknik sipil maupun planologi untuk menyusun masterplan dan membangun kawasan Borneo historical village tersebut.
Partisipasi masyarakat harus dilibatkan untuk mendorong semua usaha dan aktivitas kreatif yang akan menghidupkan kegiatan di kawasan tesebut. Pasar barang antik cocok untuk dipadukan di tempat tersebut sehingga menjadi salah satu ikon wisata kawasan.
Sebelum itu, perlu dibangun partisipasi masyarakat untuk melirik kembali budaya sejarah Kalsel. Perlu dikumpulkan literatur tentang Kalsel di masa lalu untuk dikompilasi menjadi buku tentang sejarah Kalsel dalam berbagai sisi. Juga perlu dikumpulkan dan dibuat pameran foto “ Kalsel tempo dulu” untuk menjembatani masyarakat yang masih ogah meninggalkan budaya menonton.
Berbagai peninggalan sejarah seharusnya diperindah dan dilestarikan, tidak musnah ditelan modernisasi. Dengan ide menghidupkan kembali situs sejarah ini dan berkaca dari pengalaman di tempat lain, sejarah tidak seharusnya terlupakan tapi seharusnya menjadi cermin untuk hidup di masa sekarang.






Dikutip Sepenuhnya dari

"Taufiqurrahman Kalsel Indonesia's Notes"

Jumat, 12 Juni 2009

HITAM

Hitam punya reputasi buruk. Warna ini dipakai oleh para penjahat di komik atau film. Hitam juga melambangkan duka dan murung. Tapi, hitam juga punya sisi lain, misalnya saja untuk menyatakan sesuatu yang abadi, klasik, dan secara universal dianggap sebagai warna yang melangsingkan.

Banyak orang yang menilai warna hitam adalah simbol kejahatan dan keburukan. Dalam warna hitam itulah konsep bersatunya manusia dan kekuatan diluar kemampuan manusia, dari mana kita berasal dan ke mana kita akan kembali

Warna hitam itu warna yang paling konsekuen. Anda pakai baju apa pun, apakah warna merah, hitam, kuning, biru, putih sekalipun kalau kena cahaya, bayangannya akan tetap hitam. Artinya kalau orang sudah hitam, apa yang dia pikirkan, rasakan, katakan dan lakukan akan sama.

Rabu, 10 Juni 2009

PUTIH

Putih adalah representasi kehadiran seluruh warna dasar dalam keadaan maksimum dengan proporsi sama besar. Putih, seperti juga hitam dan abu-abu , tidak bisa dikatakan didefinisikan sebagai warna tertentu. Putih dalam pengertian ideal berarti kehadiran seluruh warna dengan cahaya maksimum sehingga tidak bisa lagi direpresentasikan oleh mata atau sensor kamera, berkebalikan dengan definisi ideal HITAM.

Dalam fotografi, putih berarti tanda bahwa film atau sensor telah melebihi kemampuannya untuk menangkap cahaya. Hal ini sering terjadi dalam teknik long eksposure atau muncul akibat kesalahan dalam mengukur cahaya sehingga menjadi over eksposure.

Putih telah diterima secara umum sebagai standar warna kertas dalam alat tulis. Karena itu putih dipakai oleh pencetak untuk menentukan bidang yang tidak dikenai tinta.

Dalam membuat karya seni rupa, seniman biasanya mencampur putih dengan warna lain untuk mendapat warna-warna yang disebut warna pastel, walaupun tidak begitu tepat sebab tidak seluruh batangan pastel menghasilkan warna-warna tersebut. Selain itu dalam penggunaan pastel atau akrilik, putih yang ditimpakan secara kuat di atas warna yang telah kering akan menghasilkan efek kilatan cahaya.

Secara psikologis, pengaruh putih bisa bermacam-macam. Hal ini dipengaruhi terutama oleh kebudayaan setempat. Misalnya di Eropa putih dianggap sebagai sesuatu yang menenangkan, dingin, dan abadi karena berasosiasi dengan salju. Sementara di Indonesia, putih bisa memunculkan kesan menyeramkan, karena berasosiasi dengan kain kafan.


Salam Pendahuluan

HITAM dan PUTIH